Apa Kabar Semarang — Hujan deras yang mengguyur Kota Semarang dalam beberapa hari terakhir membuat sejumlah kawasan masih tergenang banjir hingga lebih dari sepekan. Kondisi ini menimbulkan keresahan warga, terutama mereka yang tinggal di wilayah Genuk, Kaligawe, Muktiharjo, dan Tlogosari.

Air yang tak kunjung surut mengakibatkan berbagai dampak, mulai dari gangguan kesehatan, kerusakan rumah, hingga aktivitas ekonomi warga yang lumpuh total. Banyak warga terpaksa mengungsi atau menutup usaha mereka karena genangan air setinggi lutut hingga pinggang orang dewasa.
Kesehatan Warga Mulai Terganggu
Salah satu warga Kelurahan Gebangsari, Rini (42), mengaku anaknya mulai mengalami gatal-gatal dan demam akibat air yang kotor.
“Setiap hari harus berendam di air. Kulit anak saya merah-merah dan gatal. Kami hanya bisa oles obat seadanya karena sulit ke apotek,” ujarnya, Jumat (31/10/2025).
Petugas Puskesmas setempat melaporkan adanya peningkatan kasus penyakit kulit dan diare di wilayah terdampak banjir. Mereka pun melakukan pemeriksaan keliling dan membagikan obat-obatan ringan kepada warga.
Baca Juga : Horor Macet di Pantura Semarang-Demak gegara Banjir
Pedagang dan Buruh Terimbas
Selain kesehatan, banjir juga memukul perekonomian warga. Beberapa kios dan warung di sekitar Kaligawe terpaksa tutup karena akses jalan tergenang.
“Saya sudah seminggu tidak jualan. Dagangan terendam, pelanggan juga tidak bisa datang,” keluh Sutarmo (50), pedagang kelontong.
Sementara itu, sejumlah buruh harian di kawasan industri Tambakrejo juga tidak dapat bekerja. Mereka berharap pemerintah segera turun tangan mempercepat penanganan banjir.
Upaya Pemerintah
Pemerintah Kota Semarang mengaku telah mengerahkan pompa air di beberapa titik serta menyiagakan petugas dari BPBD, Dinas Pekerjaan Umum, dan Dinas Kesehatan untuk membantu warga.
Kepala BPBD Kota Semarang, Heru Setiawan, mengatakan pihaknya terus memantau debit air sungai dan kondisi tanggul di wilayah utara.
“Kami berupaya maksimal agar genangan cepat surut. Pompa sudah beroperasi penuh, namun curah hujan masih tinggi,” jelasnya.
Meski begitu, warga berharap langkah penanganan tidak hanya sementara. Mereka meminta solusi jangka panjang seperti normalisasi sungai dan peninggian tanggul agar banjir tahunan tidak terus menghantui kehidupan mereka.






